Sabtu, 30 Agustus 2014

Anda Calon Jamaah Haji ? 5 hal yang harus diketahui untuk tetap sehat selama beribadah

Musim haji telah tiba,  sebentar lagi  Calon Jemaah Haji Indonesia akan berangkat ketanah suci. Disana jemaah akan melaksanakan ibadah lebih kurang selama empat puluh hari. Dalam pelaksanaanya, Jemaah akan mengalami tantangan perubahan iklim seperti cuaca yang sangat panas dan rendahnya kelembaban. Keadaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan sebagai berikut :
  • Heat Stroke atau cedera panas disebabkan karena suhu panas yang tinggi serta aktivitas yang berlebih yang meningkatkan  suhu tubuh. Heat stroke berawal dari terjadinya heat cramp dimana terjadi karena paparan suhu yang sangat tingggi, lalu diikuti dengan het exhaustion atau kelelahan akibat kenaikan suhu tubuh. Kelelahan terjadi jika anda tidak mempedulikan  gejala heat cramp seperti kepala pusing dan terasa ringan, kram otot, mual dan kulit terasa dingin. 
  • Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak dari pemasukan. Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Selain mengganggu keseimbangan tubuh, pada tingkat yang sangat berat, dehidrasi bisa pula berujung pada penurunan kesadaran bahkan meninggal dunia.
  •  Severe Fatique adalah suatu kelelahan yang terjadi pada syaraf dan otot-otot manusia sehingga tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. penyebab dasar kelelahan dari individu adalah stress dan emosi, depresi, penyakit medis, gangguan tidur dan terlalu banyak makan (gizi berlebih).
Dikutip dari bisnis.com (30 agustus 2014), Menurut Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Calon Jamaah Haji yang hendak berangkat ketanah suci hendaknya memperhatikan 5 hal berikut ini : 
  1. Lakukan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) terutama konsumsi makanan bergizi, olah araga dan cukup istrahat. 
  2. Cobalah adaptasi bertahap dengan berjalan di panas matahari. 
  3. Di Arab Saudi selalu upayakan berada ditempat keteduhan  dan siapkan handuk kecil basah setiap saat. 
  4. Lebih banyak minum air putih saat di Arab Saudi. 
  5. Saat di Arab Saudi, perbanyak makan buah yang tersedia disana.

Minggu, 10 Agustus 2014

Kewaspadaan Isolasi Dalam Pencegahan Infeksi Di Pelayanan Kesehatan

Tulisan ini berisi tentang Kewaspadaan isolasi dalam pencegahan infeksi di pelayanan kesehatan. Dewasa ini, perkembangan penyakit sangat meresahkan, seorang yang sehat ketika berkunjung di tempat pelayanan kesehatan bisa saja tertular penyakit tanpa disadarinya. Penularan penyakit melalui cairan tubuh serta lingkungan di tempat pelayanan kesehatan harus mendapat perhatian khusus. Sebagai perbandingan, bahwa tingkat infeksi nosokomial di Eropa dan Amerika adalah rendah yaitu sekitar 1 %. Sedangkan di Negara Asi, Amerika Latin dan Sub Sahara Afrika yang tinggi hingga mencapai 40 %. Kewaspadaan standar ini dapat menjadi program atau kegiatan Sanitarian di Rumah Sakit atau tmpat pelayanan kesehatan lainnya. SK Menkes No.382/Menkes/SK/III/2007 tentang pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit maupun fasilitas pelayanan kesehatan dapat menjadi acuan dalam menyusun kewaspadaan Isolasi dalam pencegaha infeksi.

Kewaspadaan standar (Standard Precuations) disusun oleh CDC  tahun 1966 dengan menyatukan Universal Precuation (UP) atau kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh yang telah dibuat tahun 1985 untuk mengurangi risiko terinfeksi pathogen yang berbahaya melalui darah dan aciran tubuh lainnya dan Body Subtance Isolation (BSI) atau Isolasi Duh Tubuh  yang dibuat tahun 1987 untuk mengurangi risiko penularan patogen yang berada dalam bahan yang berasal dari tubuh pasien terinfeksi.

Dua Lapis Kewaspadaan Isolasi

Kewaspadaan Standar. Kewaspadaan yang terpenting, dirancang untuk diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh pasien dalam rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik terdiagnosis infeksi, diduga terinfeksi atau kolonisasi. Diciptakan untuk mencegah transmisi silang sebelum diagnosis ditegakkan atau hasil pemeriksaan laboratorium belum ada. Strategi utama untuk PPI, menyatukan Universal Precautions dan Body Substance. Isolation Adalah kewaspadaan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi Rutin dan harus diterapkan terhadap Semua Pasien di Semua Fasilitas KesehatanKewaspadaan Standar untuk pelayanan semua pasien. Kategori I meliputi: 
  • Kebersihan tangan/Handhygiene
  • Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan, masker, goggle (kaca mata pelindung), face
  • shield (pelindung wajah), gaun
  • Peralatan perawatan pasien
  • Pengendalian lingkungan
  • Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
  • Kesehatan karyawan / Perlindungan petugas kesehatan
  • Penempatan pasien
  • Hygiene respirasi/Etika batuk
  • Praktek menyuntik yang aman
  • Praktek untuk lumbal punksi
Kewaspadaan Berdasarkan Transmi
Sebagai tambahan Kewaspadaan Standar, terutama setelah terdiagnosis jenis infeksinya. Rekomendasi dikategorikan sebagai berikut :

  • Kategori I A : Sangat direkomendasikan untuk seluruh rumah sakit, telah didukung penelitian dan studi epidemiologi.
  • Kategori I B : Sangat direkomendasikan untuk seluruh rumah sakit dan telah ditinjau efektif oleh para ahli di lapangan. Dan berdasar kesepakatan HICPAC (Hospital Infection Control Advisory Committee) sesuai dengan bukti rasional walaupun mungkin belum dilaksanakan suatu studi scientifik.
  • Kategori II : Dianjurkan untuk dilaksanakan di rumah sakit. Anjuran didukung studi klinis dan epidemiologik, teori rasional yang kuat, studi dilaksanakan di beberapa rumah sakit.
  • Tidak direkomendasi : Masalah yang belum ada penyelesaiannnya.Belum ada bukti ilmiah yang memadai atau belum ada kesepakatan mengenai efikasinya.
Kewaspadaan berdasarkan transmisi dibutuhkan untuk memutus mata rantai transmisi mikroba penyebab infeksi dibuat untuk diterapkan terhadap pasien yang diketahui maupun dugaan terinfeksi atau terkolonisasi patogen yang dapat ditransmisikan lewat udara, droplet, kontak dengan kulit atau permukaan terkontaminasi. Jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi :
  1. Kontak
  2.  Melalui droplet
  3.  Melalui udara (Airborne)
  4.  Melalui common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan)
  5. Melalui vektor (lalat, nyamuk, tikus)
Catatan : Suatu infeksi dapat ditransmisikan lebih dari satu cara. Kewaspadaan berdasarkan transmisi ini dapat dilaksanakan secara terpisah ataupun kombinasi dengan Kewaspadaan Standar seperti kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan menggunakan sabun, antiseptik ataupun antiseptik berbasis alkohol, memakai sarung tangan sekali pakai bila kontak dengan cairan tubuh, gaun pelindung dipakai bila terdapat kemungkinan terkena percikan cairan tubuh, memakai masker, goggle untuk melindungi wajah dari percikan cairan tubuh.

DAFTAR PUSTAKA.
Buku pedoman dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas pelayan kesehatan lainnya.Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indoensia(PERDALIN) cetakan pertama tahun 2007.

Senin, 30 Juni 2014

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Dumai Ikut Berpartisipasi Dalam National Marpolex 2014


Kespel Dumai-Untuk mengantisipasi terjadinya pencemaran laut diperairan Dumai, Kementerian Perhubungan dan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Dumai melaksanakan Pelatihan Nasional dan Simulasi Penanggulangan Pencemaran  Laut (National Marine Pollution Exercise 2014/National Marpolex14) yang dilaksanakan di Pelabuhan Kawasan Industri Dumai pada tanggal 18 s/d 20 Juni 2014 . Kegiatan ini merupakan kegiatan skala Nasional dari Kementerian Perhubungan. Beberpa instansi yang turut hadir dalam kegiatan Marpolex 2014 ini adalah, TNI AL dan Polisi Perairan, Pemerintah Provinsi Riau, Kementerian Lingkungan Hidup, Badan Lingkungan Hidup Kota Dumai, Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Dumai, Badan SAR Nasional Riau dan perusahaan nasioanl dan multinasional yang berada di dumai seperti PT.Wilmar, PT.Pertamina RU II Dumai dan PT.Chevron Pasific Internasional Dumai.
Komitmen Pimpinan Instansi Dalam Marpoloex 2014
Acara ini resmi dibuka secara langsung oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan. Dalam sambutanya, Captain Bobby R Mamahit bertempat di Pelabuhan Kawasan Industri Dumai, mengatakan kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang pelayaran dimana undang undang itu mengamanatkan Perlindungan Lingkungan Maritim. Dia juga mengajak seluruh komponen masyarakat pelabuhan, stakeholder kegiatan pelabuhan baik pemerintah maupun swasta turut serta berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan agar dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia. Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Hubla dan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Dumai membentuk TIM Nasional Penanggulangan Pencemaran Laut di Pelabuhan Dumai. Menutup arahannya, Dirjen Hubla berharap dengan adanya Tim ini dapat melatih keahlian dan kewaspadaan petugas mana kala terjadi kasus pencemaran di Pelabuhan Dumai.
Kebakaran Kapal dan Penggunaan Kapal Oil Boom
 Untuk tersedianya Tim Pengandali yang berkompeten, sebelum simulasi penanggulangan pencemaran, maka di adakan Table Top Oil Spill Simulattion. Dalam pelatihan ini, kasus yang disimulasikan adalah terjadinya tabrakan Kapal yang berbuatan bahan bakar minyak sehingga menyebabkan terjadinya kebakaran di kapal dan juga terjadinya tumpahan minyak yang menyebabkan terjadinya pencemaran laut.  Dalam simulasi ini, Tim dari Kantor Kesehatan Pelabuhan berada pada Tim Penanggulangan Dampak dan Tim respon cepat penanggulangan korban kebakaran. Dalam simulasi ini juga, Kantor Kesehatan Pelabuhan menyiagakan dua buah ambulance dan petugas medis untuk penaggulangan korban kebakaran kapal. 
Penanganan Korban Kebakaran dan Tenggelam
Acara Marpolex 2014 ini ditutup oleh Direktur KPLP yang mewakili Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan pada tanggal 20 Juni 2014. Dalam laporannya, Ketua Panitia Pelaksana Marpolex 2014 Dumai memberikan evaluasi pada simulasi yang telah dilakukan; diantarnya Oil Boom pada kapal yang lama mengembang tidak sesuai dengan perkiraan waktu yang telah ditentukan. Hal ini sangat beresiko, mengingat Oil Boom sebagai langkah awal dalam upaya untuk mencegah semakin meluasnya wilayah yang terkena dampak akibat pencemaran.

Sabtu, 21 Juni 2014

Sosialisasi HIV-AIDS dan TBC Bagi Masyarakat Pelabuhan Dumai

Kespel Dumai-Untuk mewujudkan masyarakat pelabuhan yang sehat dan mandiri, pihak Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Dumai melakukan sosialisasi dan penyuluhan kesehatan mengenai HIV-AIDS dan Tuberulosis (TBC) kepada masyarakat pelabuhan Dumai. Peserta sosialisasi ini berjumlah 120 orang yang meliputi agen pelayaran, Puskesmas, Dinas Kesehatan, serta RSUD Kota Dumai, Badan Narkotika Kota Dumai, CIQP Pelabuhan Dumai, Pemuka agama serta tokoh masyarakat disekitar pelabuhan Dumai.
Narasumber pada kegiatan ini adalah Dinas Kesehatan Provinsi Riau dan KPA Kota Dumai. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Wakill Walikota Dumai yang juga merupakan Seketaris KPA Kota Dumai.  Kegiatan sosialisasi dan penyuluhan ini berjalan atraktif, terlihat dari banyaknya peserta yang bertanya kepada narasumer serta pemecahan masalah-masalah yang ditemui dilapangan baik oleh petugas kesehatan maupun agen pelayaran.
Peserta Sosialisasi HIV-AIDS dan TBC


Dalam sambutannya, Plh.Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Dumai, Syafriwal, SKM mengajak seluruh masyarakat berperan serta mewujudkan masyarakat pelabuhan yang bebas dari HIV-AIDS serta TBC. Hal ini dapat dicapai dengan adanya kerja sama lintas sektoral yang baik, selain itu adanya pemberian informasi yang cepat dan akurat mengenai kasus HIV-AIDS dan TBC  yang disampaikan masyarakat kepada pihak kesehatan dapat menjadi langkah antisipasi menularnya penyakit tersebut. Diakhir sambutannya, Plh.Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Dumai, mengajak seluruh agen pelayaran untuk bekerja sama dalam pencegahan HIV-AIDS, mengingat banyaknya Anak Buah Kapal (ABK) yang datang dari luar negeri maupun dalam negeri yang memasuki kota dumai yang merupakan faktor resiko terjadinya penularan HIV-AIDS.
Arahan Wakil Walikota Dumai selaku Seketaris KPA Kota Dumai



Diakhir kegiatan ini, Narasumber kembali menguatkan komitmen peserta untuk mencegah HIV-AIDS dan TBC dan membrikan reward kepada para penanya. Dan dalam kesempatan ini juga dilakukan pemeriksaan darah oleh klinik VCT RSUD Kota Dumai sebagai upaya deteksi dini penyakit HIV-AIDS. 

Posko Kesehatan Pelabuhan Kelas III Dumai Pada Acara Nasional Ritual Bakar Tongkang

Kespel Dumai-Dalam pelaksanaan kegiatan Ritual Bakar Tongkang yang merupakan agenda pariwisata nasional di Bagan Siapiapi, maka Kantor Kesehatan  Pelabuhan Kelas III Dumai melaksanakan posko kesehatan  pada situasi khusus. Kegiatan ini sendiri berlangsung diwilayah Buffer Pelabuhan Bagan Siapiapi yang merupakan wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Dumai. Dalam acara ini, Tim Kantor Kesehatan Pelabuhan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk siaga terhadap masalah kesehatan yang mungkin terjadi dengan meniyagakan Mobil Ambulance serta petugas yang berada ditengah kerumunan masyarakat. Selain itu, Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Dumai juga melakukan pemeriksaan sanitasi penjual makanan disekitar lokasi kegiatan.


Acara ini dibuka secara resmi oleh Menkokesra, Agung Laksono dan Gubernur Riau, Annas Makmun. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari dan pucak pelaksanaan acara ini berlangsung pada tenggal 14 Juni 2014. Kegiatan dilakukan dilapangan terbuka yang dihadiri ribuan warga. Pelaksanaan kegiatan ini berlangsung pukul 12:00 wib hingga 17:00 wib. Pelaksanaan kegiatan ini dapat berdampak terhadap kesehatan seperti terjadinya gangguan pernafasan karena udara yang tidak sehat karena banyaknya asap yang muncul dari pembakaran tongkang, dehidrasi dan pingsan yang terjadi karena ramai dan padatnya masyarakat yang mengikuti kegiatan ini serta memungkinkan terjadinya gangguan kesehatan yang mungkin berasal dari makanan yang dijual disekitar lokasi kegiatan Ritual Bakar Tongkang.

Dalam pelaksanaan kgiatan ini, ditemukan adanya masyarakat yang mengalami dehidrasi dan pingsan. Tim Kesehatan Pelabuhan Kelas III Dumai bertindak cepat memberikan pertolngan pertama kepada korban sehingga korban dapat ditangani dengan baik oleh tim Kesehatan.

Jumat, 23 Mei 2014

Epidemiologi Ebola Virus Disease

Mengenal Ebola

“Menteri Kesehatan Guinea melaporkan pada 3 mei 2014, total kasus Ebola Hemorraghic Fever (EHF)
Kasus Ebola di Guniea
suspek yang dikonfirmasi sebanyak 231 orang dengan 155 kematian dan 127 prang kasus positif yang telah diperiksa laboratorium. Jumlah pekerja pada pelayanan kesehatan yang diduga terinfeksi sebanyak 24 orang dengan 16 orang yang telah meninggal. Kota lain yang telah dilaporkan terdapat dugaan kasusn adalah Guekedou, Macenta, Kissidougou, Dabola dan Djingaraye” CDC Travel Notice

Telah terjadi peningkatan kasus Ebola Virus Disease (EVD) di Afrika. Virus tersebut telah menyebar di negara-negara Afrika Barat seperti Guinea, Liberia, dan Sierra Leone. Ebola merupakan sejenis virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae. Virus Ebola pertama kali diidentifikasi di Provinsi Sudan Barat dan di wilayah terdekat dari Zaire pada tahun 1976. Ada lima spesies virus ebola, yaitu Bundibugyo, Pantai Gading, Reston, Sudan dan Zaïre. Spesies Bundibugyo, Sudan, dan Zaire adalah spesies yang dikaitkan dalam wabah besar virus.

Masa inkubasi Ebola 2 sampai 21 hari, umumnya antara 5 sampai 10 hari denga gejala penyakit ini meliupti demam tinggi (setidaknya 38.8 ° C, 101.8 ° F), sakit kepala parah, sakit perut, kelelahan, sakit tenggorokan, mual, pusing, pendarahan internal dan eksternal. Sebelum pastinya penyebab penyakit karena Ebola, dugaan, gejala-gejala awal ini menyerupai malaria, demam tipus, disentri, influenza, atau berbagai infeksi bakteri. Sedangkan diagnosis Ebola dilakukan dengan pemeriksaan sampel air liur dan urin. Ebola didiagnosis dengan tes Enzyme-Linked ImmunoSorbent Assay (ELISA).
Epidemiologi Ebola
  1. Apakah ada kasus Ebola di Indonesia ?Hingga saat ini, belum ditemukan adanya kasus Ebola di Indonesia. Ebola masih menyebar di negara-negara afrika barat. "Sejauh ini penyakit ini tidak sampai ke Asia.
  2. Kapan Ebola menyerang ? Ebola dapat menyerang kapan saja, tidak mengenal waktu dan musim.
  3. Bagaimana penularan Ebola ? Menurut penelitian, Ebola ditemukan pada kelalawar dan simpanse. Penularan dapat terjadi melalui hewan tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Buah-buahan dan sayuran yang telah terkontaminasi oleh air liur dan cairan tubuh kelalawar dapat menjadi sumber penularan Ebola.  Penularan secara langsung dapat terjadi dari manusia kemanusia melalui cairan tubuh, kulit,  melalui droplet dan paparan conjuctiva. Penggunaan jarum suntik yang telah terkontaminasi ebola juga dapat menjadi media menularan.
  4. Pencegahan ebola ? Menghindari kontak dengan pasien, keluarga yang telah terinfeksi ebola. Selain itu, meniadakan perjalanan kedaerah yang telah terjangkit ebola merupakan upaya pencegahan yang maksimal untuk menghindari ebola.
Pencegahan Masukknya Ebola di Indonesia


Hingga saat ini belum ditemukan kasus ebola di Indonesia. Ebola masih menyebar dinegara-negara afrika tengah. Untuk mencegah masuknya ebola ke indonesia, Kantor Kesehatan Pelabuhan sebagai garda terdepan di point entry melakukan upaya cegah tagkal terhadap kapal-kapal, anak buah kapal (ABK) dan barang yang berasal dari negara terjangkit. Dengan upaya ini diharapkan tidak terjadi penyebaran Ebola karena telah mencegah masuknya sumber Ebola ke Indonesia.

Rabu, 14 Mei 2014

Antisipasi Mers - Cov Di Pelabuhan Dumai

Kespel Dumai-Untuk mengantisipasi masuk dan menyebarnya Virus Mers Cov ke wilayah dumai, pihak Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Dumai melakukan pemantauan kedatangan penumpang dari luar negeri maupun jemaah Umroh yang akan balik melalui kapal di terminal Pelabuhan Dumai. Sebagai langkah awal antisipasi, pihak KKP Kelas III Dumai memasang Alat thermoscan atau pemindai suhu tubuh dipasang di terminal kedatangan Pelabuhan. Pemasangan itu dilakukan untuk memastikan para warga Indonesia atau warga negara asing yang tiba dari luar negeri tidak terjangkit virus MERS.

Alat itu dipasangkan di Terminal Kedatangan Luar Negeri.  Bentuk thermposcan tersebut lebih mirip seperti speaker dengan sensor infra merah. Alat tersebut tersambung ke komputer dan alat rekam wajah dan akan langsung melaporkan suhu tubuh orang yang melewati alat tersebut. Komputer akan mendeteksi dan apabila ada penumpang yang melebihi suhu tubuh 38 derajat celcius akan langsung terdeteksi. Apabila ada penumpang yang terindikasi melebih suhu 38 derajat celcius, petugas medis yang disiagakan langsung membawa orang dimaksud ke holding area atau area isolasi untuk diobservasi lebih lanjut.

Menurut Kostan Suprapto, S.KM M.Si yang juga merupakan Kepala Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Dumai, meski disiukan virus MERS sangat berbahaya namun penumpang terutama warga Indonesia yang baru pulang menunaikan Umroh teidak perlu  panik karena hingga saat ini belum ditemukan pasien yang positif Mers Cov di Indonesia. Untuk jemaah umroh yang akan melaksanakan ibadah umroh berikut tips menghindari tertular MERS Saat berada di Timur Tengah.
  1. Menjalankan pola hidup sehat  
  2. Menjaga kebersihan perorangan seperti mandi dengan rutin dan bersih dan mencuci tangan dengan sabun.
  3. Menggunakan masker apabila kondisi sedang tidak fit atau saat berada di tengah kerumunan banyak orang.
  4. Menjaga pola makan sehat. Seperti, jangan mengkonsumsi daging yang tidak dimasak dan jangan mengkonsumsi buah maupun sayur yang belum dicuci. 
  5. Menghindari kontak langsung dengan hewan ternak maupun hewan liar.
Berdasarkan laporan yang diterima, hingga saat ini ditemukan seorang jema’ah Umroh yang diduga terinfeksi
Mers Cov yang memasuki Dumai melewati Pelabuhan. Untuk penanganan lebih lanjut pasien suspect dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di RSUD Dumai. Untuk terus memantau perkembangan Mers Cov diwilayah, pihak KKP terus berkordinasi  dengan pihak-pihak yang terkait.

Selasa, 06 Mei 2014

Waspada MERS Cov (Midle East Respiratory Syndrome Corona Virus)

Ardhi QHSE - Kerajaan Arab Saudi telah mengumumkan jumlah korban meninggal akibat virus MERS sudah mencapai 109 orang pada Sabtu, 3 Mei. Korban terakhir yang diidentifikasi adalah seorang pria 25 tahun dan wanita 69 tahun. Sedangkan Pejabat badan kesehatan Amerika Serikat juga mengumumkan virus MERS telah menjangkiti negaranya. Seorang korban yang terinfeksi virus ini adalah petugas penyedia layanan kesehatan yang melakukan perjalanan kerja ke Riyadh. MERS Cov (Midle East Respiratory Syndrome Corona Virus) atau sindrom pernapasan timur tengah merupakan coronavirus mirip SARS, atau sindrom pernapasan akut parah, yang menewaskan ratusan orang, terutama di Tiongkok, tahun 2002 dan 2003.

Virus yang lebih baru itu pertama kali dilaporkan tahun 2012 di Arab Saudi. Sejak itu, sekitar 400 kasus telah dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sekitar sepertiga dari kasus itu berujung fatal. Seseorang yang telah terjangkit virus MERS-CoV  memiliki gejala pernafasan yang serius disertai demam, batuk. Pasien merasa sulit bernafas. Kebanyakan pasien mengalami radang paru-paru. Bagi pasien yang sistem kekebalan tubuh rendah, penyakit akan membuat kondisi fisik memburuk. Hingga saat ini belum tersedia obat untuk virus ini namun upaya memberikan antibiotik untuk mencegah infeksi bakteri sekunder dengan harapan sistem kekebalan pasien dapat meningkat (Kompas, 2014)

Selasa, 01 April 2014

ASTM dan ANSI



Hari senin, hari ini libur hari raya nyepi, menjelang berangkat kerja sambil menikmati secangkir teh dipagihari, sedikit ulasan tentang ASTM dan  ANSI tersaji buat teman-teman kesehatan lingkungan J
Seringkali dalam informasi lowongan yang tersedia untuk posisi HSE Officer, pelamar kerja dituntut untuk mengetahui, familiar atau minimal pernah baca tentang ASTM dan ANSI. Tentunya jika pelamar mengetahui ini akan menjadi nilai tambah bagi nya dalam proses rekrutmen nantinya.
Dalam ASTM dan ANSI terdapat standar-standar pekerjaan seorang HSE, sperti air, pencemaran lingkungan, bioteknologi, penilaian lingkungan, penanganan bahaya tumpahan minyak, pengelolaan limbah, perpiaan dan lain sebagainya.
ASTM (American Society for Testing and Materials) danANSI ( AMERICAN NATIONAL STANDARDS INSTITUTE ) merupakan standar teknik yaitu sekumpulan syarat yang harus dipenuhi oleh bahan, produk atau layanan. Jika produk, jasa atau layanan tidak memeuhi persyaratan yang berlaku, maka produk tersebut tidak diterima karena diluar spesifikasi yang diinginkan.

Minggu, 09 Maret 2014

Cara Kerja Aman (Job Safety Procedure) Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan



Pada saat kapan anda harus melakukan pembersihan, desinfeksi atau sterilisasi?
Sesuai hirarki pengendalian resiko, pada saat kapan anda melaukan eliminasi, subtitasi atau bahkan tidak melakukan keduanya ?
Bagaimana penanganan laundri,Sprei dan pakaian medis yang terinfeksi ?


Keselamatan hal mutlak yang dibutuhkan oleh setiap pekerja, termasuk pada fasilitas pelayanan kesehatan. Pekerja pada fasilitas kesehatan memiliki resiko bahaya yang tinggi, baik bahaya kimia, fisika dan biologis. Pekerja pada fasilitas kesehatan selalalu beraktifitas dengan pasien dan keluarga pasien yang dapat menjadi sumber bahaya bagi pekerja. Berdasarkan buku panduan keselamatan dan kesehatan pekerja pada pelayanan kesehatan yang diterbitkan oleh ILO & WHO , terdapat beberapa cara bekerja aman yang sering digunakan pada fasilitas kesehatan. Cara kerja tersebut dapat meminimalisir resiko bagi pekerja sehingga pekerja dapat terbebas dari bahaya penyakit yang mungkin menular kepada pekerja.