Jumat, 07 Maret 2014

Green Hall, The Combination Of Nature, Culture And Investment In Disaster Management



Global Innovation Challencge. Socialab And Unicef Come Together To Promote A Culture Of Social Innovation And Entrepreneurship That Contributes To Developing Solu­tions For The First 72 Hours After A Humanitarian Disaster.

KHAIRIL ARDHI A.M.KL
Sanitarian at Port Heallth Office Class III Dumai
Directorate General CDC and Environment Health
Minsitr Of Health Republic of Indonesia


Background
Disaster have a major impact on social and economic conditions. However,these impacts can be minimized by reducing exposure to use traditional and new strategies in disaster management. Disasters have occurred giving experience and serve as guidelines for improving resilience in the face of impending disaster.Natural disaster include evemts such as earthquakes, lansides, storm and etc. ptionsLosses and costs incurred as a result of very large disasters,economic activity , education and so forth can be stopped immediately. Disasters can happen at any place and any time so that people do not see the need to be alert to disasters in communities especially in disaster  prone  area. Disaster management should be done as soon as possible, evacuation of casualties is most important to be done. People are very susceptible to psychological disorders and health at the time of the disaste, the situation is normal because they are in a condition far from safety, comfort and convenience limitations in activity. In disaster situation required a healthy shelter, sanitation facilities that meet the health requirements ,sources of healthy food and adequate nutrition, as well as the availability of energy. Of course this need not be perfect to be available but the availability of it in the beginning is very useful for disaster victims. An idea can be used to meet the needs of the victims are with the development of Green Jambur(Green Hall).

Green Jambur (Green Hall) 
I have adopted this idea and I modification of traditional building called Jambur. Jambur is a traditional building which is indigenous or local wisdom inkaro tribe at Karo Regency , Indonesia. Jambur is a traditional building which large is used by indigenous people for events such as weddings, events and suave death in Karo tribe. Jambur is not for residential buildings because the building is not walled. Jambur contained in each village or village. In this Jambur available various facilities, such as warehouses, kitchen, bathroom and a little open land for customary activities for outdoors activities.
At the time of the eruption of Mount Sinabungoccurred in Karo District. The affected communities were evacuated to Jambur as temporary shelter. In the process of disaster management, Jambur very helpful because Handling Team no longer need to build camps with large quantities, have provided sanitation facilities such as bathrooms, lavatories and waste water disposal. In addition, Jambur also has a kitchen that can be used as an emergency kitchen.
The addition of Jambur as a means to create a better evacuation.These additions can make Jambur as a perfect shelter while maintaining local wisdom. The addition of these facilities can be referred to the concept of Green Jambur. That Jambur combines nature and culture for disaster management. Its activities, Green Jambur can also be managed with business principles. People who use Jambur Green Green Jambur can rent for wedding purposes, traditional parties, exhibitions and many other events.
Green Jambur brought the idea to the availability of facilities from natural and local knowledge to disaster management. Green Jambur concept in disaster is the availability of food  security, safe sanitation facilities, energy security in times of disaster. Jambur this green concept can be described as follows :

  1. Sanitation facilities 
    1. Clean water. Water is a vital need during a disaster . Clean water can be found from groundwater or river. If the quality is not the health requirements can do simple processing when a disaster such as slow sand filters or chlorination by providing small pools or ponds oxidation. Available as a rainwater tank which large size can help water needs in times of disaster . The water tank can be built under the ground with a large size so it does not reduce the land area. The availability of rain water in the water tank can be a backup in the event of a disaster.
    2. Waste Management.Liquid waste management systems are centralized wastewater management . Liquid waste from the kitchen, bathroom and water close managed centrally so that the processing can produce energy like methane gas. The gas can be used for cooking and as fuel to turn an electric generator. Liquid waste treatment can be done with a septic tank, anaerobic and aerobic ponds and pools oxidation. Energyresulting from the management of the waste can be stored as energy reserves in the event of a disaster so that activities on the refuge can run well. While solid waste management can be done with composting that the results can be used as fertilizer for plants that exist on the jambur area.
  2. Food Security. At the time of the disaster could  isolation off access to location so that the food supply is not up to localized disasters . To overcome this, the availability of food crops in the area around Jambur can help the availability of food at the beginning of the disaste . Food crops that can be planted to grain , rootand other plants that can be adapted to the local food on the affected communities.
  3. Energy Security . Energy is the source of activity at the time of the disaster . electricity and fuel into the lifeblood of activity . Without their activity can nott walk normally . Access is interrupted when a disaster causes the fuel supply stopped and the disaster can also damage the existing power generation facilities in the disaster area . With Green Jambur concep , the presence of energy management can be a source of energy reserves in times of disaster . energy generated from management of liquid waste can be collected in the form of methane gas that can be managed alternative energy at the time of the disaster . in addition, methane gas that can be used to turn electrical generators . With this, the energy requirements can be met during a disaster.

Identifikasi Resiko Kegagalan Penggunaan Crane di Pelabuhan Rakyat



Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Dumai Wilayah Kerja Pelabuhan Bagan Siapiapi. Pelabuhan merupakan tempat kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/ atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal. Dalam prosesnya, pelabuhan harus dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan, baik dalam pelayaran maupun kegiatan penunjang seperti bongkar muat barang.  Dalam aktifitasnya, pelabuhan melakukan bongkar muat barang dari tempat satu ke tempat yang lainnya atau ke tempat yang lebih tinggi, dimana biasanya memerlukan alat bantu seperti crane untuk melakukan proses pemindahan itu.


Crane adalah alat pengangkut dan pemindah material yang bekerja dengan prinsip tali. Penggunaan alat seperti crane dapat mengurangi beban kerja buruh angkut pelabuhan yang meminimalisir resiko penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja. Proses pengangkatan dengan crane juga mempunyai resiko yang besar untuk terjadinya kegagalan yang mengakibatkan kerusakan property, kecelakaan kerja maupun pencemaran lingkungan. Namun resiko itu dapat dikendalikan dengan membuat perencanaan yang baik sepert pemilihan jenis crane, Safety Weight Loading, dokumen kelayakan crane dan memperhatikan kondisi alam seperti cuaca dan adanya bencana alam.

Berikut ini akan dijelaskan safety device crane yang perlu diperhatikan untuk mencegah kegagalan dalam penggunaan crane :


  1. 1.    Boom limit switch : pengaman pada crane untuk mencegah berlebihnya derajat angkat sehingga beam dari crane tersebut menabrak ke body utama dari crane dan dapat berakibat hilangnya ke stabilan saat proses lifting dan beban dapat jatuh atau menabrak pada beam crane itu sendiri (terdiri dari penunjuk derajat / pointer dan angle plate).
    2.   Hook Latch :pengaman pada hook crane yang berguna untuk mengunci beban yang dikaitkan pada hook agar tidak terlepas dari hook itu sendiri.
    3.   Kekuatan tanah pijakan Crane (Lembut / berair, berlumpur atau tanah keras SWL (Safety Weight Load) dari Lifting Tackles Tempat yang akan dijadikan lay down atau tempat penurunan peralatan yang akan di pasang atau di pindahakan telah dalam kondisi aman dan sesuai dengan peralatan tersebut.
    4.   Sling merupakan alat bantu dalam pekerjaan lifting, terbuat dari material seperti rantai, kawat, baja atau bahan sistetis, yang diikatkan dan dieratkan pada benda atau beban yang akan diangkat dan dikaitkan pada hook crane pada saat proses lifting.

    Adapun Hal – hal yang dapat menyebabkan gagalnya proses pengangkatan yaitu:
    1.      Buruknya kondisi mesin / crane.
    2.      Konfigurasi mesin tidak sesuai dengan spesifikasi.
    3.      Penggunaan / pemasangan outriggers yang tidak tepat.
    4.      Lantai / tanah pijakan yang lembut / berlumpur.
    5.      Crane tidak sesuai dengan beban yang akan nya) tidak sesuai dengan beban yang akan diangkat (dari segi SWL, jenis dan kapasitas angkat.
    6.      Pengangkutan dari sisi samping.
    7.      Pengayunan berulang – ulang.
    8.      Dampak dari naik – turunnya akselerasi saat pengangkatan dalam waktu yang singkat dan cepat.
    9.      Tinggi nya kecepatan angin
     

Rabu, 15 Januari 2014

Penentuan Status Mutu Air Dengan Metode Storet

Mutu air adalah suatu kondisi kualitas air yang diukur atau diuji berdasarkan  parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Status mutu air dapat mengindikasikan keadaan air dalam kondisi tercemar atau bebas dari pencemaran dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mtu yang ditetapkan.
Pemeriksaan Suhu. Dokumentasi KLH


STORET merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui status mutu air. STORET  adalah metode umum yang digunakan  untuk mengetahui status mutu air, dengan metode ini dapat diketahui parameter apa yang memenuhi atau melampaui baku mutu air. Pada prinsipnya, STORET membandingkan antara data kualitas air  dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status air.
Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari US-EPA dengan mengklasifikasikan mutu air denga empat kelas , yaitu :
  1. Kelas A : Baik Sekali, skor = 0 (memenuhi baku mutu)
  2. Kelas B : Baik, skor = -1 s/d -10 (cemar ringan)
  3. Kelas C : Sedang, skor = -11 s/d -30 (cemar sedang)
  4. Kelas D : Buruk, skor = -31 (cemar berat)

Penggunaan metode STORET dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
  1. Pengumpulan data kulaitas dan debit air secara peridoik ( time series).
  2. Bandingkan data hasil pengukuran kualitas air dengan nilai baku mutu sesuai dengan kelas air.
  3. Jika hasil pengukuran memnuhi nilai baku mutu air maka diberi skor 0.
  4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air, maka diberi skor : lihat Tabel.1
  5. Jumlah Negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai.
  6. Jika dalam perhtiungan, tidak ditemukan nilai ambang batas suatu parameter yang diukur, maka parameter tersebut tidak perlu dihitung.

        Jumlah Contoh {1}
Nilai
Parameter
Fisika
Kimia
Biologi
< 10
       Maksimum
-1
-2
-3
       Minimum
-1
-2
-3
       Rata-rata
-3
-6
-9
              < 10
       Maksimum
-2
-4
-6
     
       Minimum
-2
-4
-6

       Rata-rata
-6
-12
-18

Referensi :
1.       Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.112 Tahun 2003
2.       Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.112 Tahun 2003
3.       Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003
t