12 September 2013, pekan kedua gue hidup di
Bagan Siapiapi, salah satu wilayah kerja pelabuhan dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III
Dumai. Pindah kesini surprise banget buat gue J, coz sebelumnya baru jalan dua bulan gue migrasi ke Sei Pakning, yang juga salah
satu wilayah kerja dari kantor. Well, pekan ke dua September, gue udah dapat
jejaring untuk mendukung kerjaan, awalnya main Ke Dinkes, eh sesuatu banget ya,
ketemu lagi dengan Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Rokan Hilir ditempat
yang sama, Alhamdulillah ya, dapat jalan untuk nambah ilmu lagi, nambah teman
lagi, keep calm guys J.
Seperti biasa, ikut event yang nambah
wawasan, berhubungan ma kerjaan terlebih lebih gak perlu modall, itu sesuatu
banget men J
Dokumentasi Pribadi |
Awal kegiatan ini kami rencanakan pada area
lokalisasi di Pulau tersebut. What ? lokalisasi ? Ya benar, lokalisasi yang
seakan akan dilegalkan, tanpa adanya pengawasan, bermodus layaknya seperti rumah-rumah
warga dibatasi bilik-bilik kayu yang nyaris roboh, mereka masih tetap eksis
untuk mnjajakan dirinya, entah untuk bertahan hidup atau memang menjadi
kebutuhan. Feeling sad L tentu saja masyarakat yang tinggal di
sekitar Pulau X menjadi kelompok beresiko dengan adanya lokalisasi tersebut.
Rencana awal berubuah, kami memulainya di Pos Kesehatan Pulau, kebutulan saat bersamaan ada acara pengobatan umum. Rencana aksi ini kami awali dengan sosialisasi informasi HIV AIDS dan Skirining darah. Skriring darah menjadi teknik yang valid untuk secara dini mengetahui kasus yang terjadi, meski dengan biaya mahal, tetapi cara ini tetap menjadi cara yang paling oleh surveyor.
Tentunya rencana aksi tidak berjalan dengan
lancar, untuk area lokalisasi acap kali kami harus jemput bola kedalam kamar
“nikmat nya dunia”, ruang 2x3 meter yang tertutup, ventilasi yang tidak
memenuhi syarat kesehatan, botol miras yang berserakan, complicated deh,
sumpah, seru abis men J. Takut, “geli” dan sudah pernah periksa, itu segelinitir
alasasn yang terucap dari mulut mereka,tapi teman2 tim KPA tetap harus periksa!
Lu beresiko men J !
Menatap wajah mereka lalu berbincang kecil
dengan mereka, cukup dapat membantu mengumpulkan informasi, yang benar saja,
mereka itu sudah pindah pindah dari daerah tetangga sekitar pulau dan yang
paling mencengangkan, pelanggan mereka umumnya nelayan sekitar pulau dan
pemuda-pemuda pulau.well,miris melihat kaum pria yang melakukan kesenangan
dunia tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi bagi keluarga mereka. Meski
proporsi penularan lebih besar terjadi melalui hubungan seks, namun perinatal
dan IDU juga mempunyai proporsi yang besar untuk efektivitas penularan. Nasi
sudah menjadi bubur, namun bubur masih bias dikonsumsi dan masih punya nilai
gizi, begitulah ungkapan untuk kasus ini, masih bisa mencegah dan menyadarkan
para pelaku sex bebas yang terjadi di Pulau J
Buat teman2 KPA, ditunggu rencana tindak
lanjutnya untuk kegiatan Pembinaan Desa Siaga HIV AIDS, tentunya denga senang
hati, Wilker bagan Siapiapi kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Dumai, dengan
senang hati dan tanpa pamrih, keep calm J J hehe…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar