Jumat, 03 Desember 2010

M A L A R I A


  1. Pengertian
Kata “malaria” berasal dari bahasa Itali “mal” yang artinya buruk dan “aria” yang artinya udara, sehingga “malaria” berarti udara buruk (bad air). Hal ini disebabkan oleh karena malaria terjadi secara musiman di daerah yang kotor dan banyak tumpukan air.
sedangkan menurut ahli lain, malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah,dengan gejala demam, mengigil, anemia, spelonomegali yang dapat berlangsung akut atau kronis.
Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk tertentu yaitu anophles. Malaria dapat menyerang manusia, burung, kera, dan primata lainnya. Malaria termasuk penyakit dengan 3 faktor kehidupan (manusia – vektor – parasit) dan bersifat cyclo propagatif.

B.            B.Parasit Malaria
Plasmodium sebagai parasit malaria baru ditemukan pada abad ke 19, ketika Laveran melihat “bentuk pisang” dalam darah seorang penderita malaria. Kemudian diketahui oleh Ross Pada tahun 1897 bahwa malaria ditularkan oleh nyamuk anophles. Di Indonesia sendiri, spesies plasmodium yang hidup pada manusia yang dominan adalah Plasmodium falsifarum dan Plasmodium vivax. Sedangkan Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae biasanya ditemukan di wilayah Indonesia bagian Timur.

Plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria adalah:
a.Plasmodium vivax, penyebab penyakit malaria tertiana, masa sporulasi (2x24 jam)  atau setiap 48 jam.
b.Plasmodium malariae, penyebab penyakit malaria quartana, masa sporulasi 72 jam.
c.Plasmodium falcifarum, penyebab penyakit malaria tropika, masa sporulasi (1-2x24 jam).
d.Plasmodium ovale, penyebab penyakit limpa, masa sporulasi (2x24 jam), tidak terdapat di Indonesia.
Demam terjadi karena akibat merozoid didalam erytrocit membelah terus sehingga erytrocyt rusak dan pecah(sporulasi) , ketika  merozoid keluar dan masuk erytrocyt baru lagi suhu turun , suatu saat akan naik lagi (demam) . Misalnya Malaria tertiana ini akan demam panas 2 hari sekali karena masa sporulasi Plasmodium Vivax 48 jam.
C.Siklus Hidup Plasmodium
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan nymuk (anopheles betina).
  1. Siklus pada manusia
Pada waktu nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit yang berada dalam kelenjar liur nymauk akan masuk kedalam peredaran darah selama lebih kurang 30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk kedalam sel hati dan akan menjadi tropozoit. Kenudian akan berkembang menjadi skizon hati, siklus ini disebut iklus eksoeristrositer yang berlangsung selama kurang lebih dua minggu. Pada P.vivax dan P.ovale, sporozoit tidak akan langsung berkembang menjadi skizon, tetapi akan menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di sel hati selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. pada suatu saat bila imunitas menurun akan menjadi aktif yang dapat menumbulkan relaps (kambuh). Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk kedalam peredaran darah dan akan merusak sel darah mera. Didalam eritrosit, plasmodium berkembang dari stadium tropozoit ke skizon. Proses perkembangan aseksual  ini disebut skigozoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi eritrost lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer. Setelah 2 sampai 3 skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi eritrosit dan membentuk stadium seksual, yaitu gametosit jantan dan betina.
2.              Siklus pada nyamuk anopheles betina.
apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, didalam tubuh nyamuk,gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk . pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini akan bersifat infektif dan siap ditularkan pada manusia.
Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gejala klinia yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung species plasmodiumnya. Masa prepaten adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik.


D.Gejala Penderita
 keseluruhan gejala yang sering muncul adalah sakit kepala, nyeri otot, lesu, diare, meriang (panas, dingin dan menggigil) serta demam berkepanjangan sehingga sering juga disebut demam kura-kura karena membuat penderitanya meringkuk karena menggigil. Gejala serangan malaria ini terdiri dari beberapa jenis berupa gejala klasik yang sering menyerang penderita tanpa imunitas dan baru pertama kali terserang dengan tanda menggigil 15-60 menit diikuti demam 2-6 jam dengan suhu 37,5-40 derajat Celcius bahkan lebih, kemudian berkeringat selama 2-4 jam akibat gangguan metabolisme tubuh yang menyebabkan peningkatan keringat dan sebelum ulangan gejala berikutnya penderita biasanya merasa enak setelah berkeringat. Gejala berulang tiap 48-72 jam sesuai dengan peluruhan sel darah merah. Pada malaria yang lebih parah terdapat anemia dan kuning. Plasmodium falciparum bisa menyebabkan kejang, penurunan kesadaran, gagal ginjal, koma, bahkan kematian dengan serangan yang paling sering meluas ke berbagai organ tubuh lain serta memunculkan komplikasi. Penderita yang sudah memiliki imunitas biasanya bisa menemukan gejala ini tidak berurutan. Pada program pemberantasan, gejalanya bisa diikuti dengan sekumpulan gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, diare hingga nyeri otot yang serius. Selain itu juga dikenal gejala malaria berat yang dapat meliputi gangguan kesadaran, kejang, warna kuning pada mata-tubuh dan urin, panas yang sangat tinggi, sesak hingga perdarahan hidung, gusi dan saluran pencernaan serta rasa lumpuh. Bila mengenai jaringan otak yang disebut dengan malaria serebral, akan terjadi kerusakan otak yang biasanya fatal. Pada malaria yang disebabkan Plasmodium vivax dan ovale sebagian parasit akan tertanam dalam jaringan hati sebelum sempat melanjutkan siklus hidupnya dalam jaringan darah dan berpotensi menyebabkan kasus-kasus relaps saat tubuh penderita kehilangan daya tahan tubuh walaupun tanpa adanya gigitan    nyamuk. Pada infeksi Plasmodium vivax atau Plasmodium ovale untuk menjaga agar tidak kambuh, pengobatan dikombinasi dengan primakuin satu tablet tiap hari selama 14 hari. Tujuannya untuk mematikan parasit malaria pada stadium hypnozoit, saat parasit malaria tidak aktif dan bersembunyi di sel hati. Sewaktu-waktu parasit bisa aktif dan menyebabkan kambuh. Pada Plasmodium falciparum tidak ada bentuk sel tidak aktif. Namun, untuk mencegah penularan lebih lanjut, penderita di daerah endemik perlu mengonsumsi primakuin tiga tablet sekaligus untuk mensterilkan parasit. Jika ada nyamuk Anopheles yang mengisap darahnya, parasit tak bisa berkembang biak. Malaria tertiana merupakan bentuk paling ringan dengan gejala demam setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi, malaria tropika yang paling sering menyebabkan kematian sering muncul dengan gejala serius karena terhalangnya jalan darah ke otak, dan malaria kuartana yang memiliki masa inkubasi terlama dari 18-40 hari setelah terinfeksi. D. Pengobatan Malaria
Perawatan bagi pasien pengidap malaria adalah:
-         pemberian obat-obat antimalaria semacam chloroquine atau amodiaquine.
-          Sedapat mungkin penderita mengonsumsi lebih banyak cairan, sari buah yang segar dan makanan yang seimbang.
E. Penularan Malaria pada Manusia
-         Penularan malaria dapat disebabkan oleh Nyamuk anopheles
-          Penularan melalui transfusi darah atau jarum suntik
-          Penularan melalui ibu hamil kepada anaknya
Umumnya penularan malaria di Indonesia terjadi melalui Nyamuk Anopheles (vektor Malaria). Sedangkan penularan malaria melalui transfusi daarah dan melalui ibu hamil sangat jarang terjadi.
F. Upaya penurunan angka kejadian Malaria di Indonesia ditinjau dari aspek  Kesehatan Lingkungan
           Banyak usaha-usaha yang telah dan tengah dilakukan untuk penanggulangan penyakit malaria di Indonesia, diantaranya adalah pengobatan penderita malaria. Obat malaria telah banyak dikembangkan dan dijual dipasaran, namun ckebanyakan tidak efektif. Hal iini disebabkan karena parasit menunjukkan resistensi yang cepat terhadap obat-obat tersebut,seperti klorokuin, artemisinin dll. Berdasarkan penelitian hampir 100% parsait malaria di Indonesia mengalami mutasi gen yang menyebabkan resisten terhadap obat anti malaria.
           Dengan demikian penanggulangan penyakit malaria dengan pengobatan penderita berjalan lama dan menggunakan biaya yang mahal sehingga penurunan angka kejadian malaria seakan tidak terlihat. Jadi usaha lain yang cukup efektif adalah usaha yang dilakukan dari aspek kesehtaann lingkungan, yaitu dengan pengendalian vektor malaria (nyamuk anopheles). Jadi,dengan dilakukannya pengobatan penerita dan pengendalian vektor malaria maka penurunan angka kejadian malaria dapat menurun dengan hasil angka kejadian malaia yang rendah.

      Vektor malaria di adalah nyamuk famili anophelinae (anopheles). Jumlah nyamuk anopheles di Indonesia kira-kira 80 species dan 16 species telah dibuktikan berperan sebagai vektor malaria,yang berbeda-beda dari suatu daerah ke daerah lain berganung pada bermacam-macam faktor seperti penyebaran geografik,iklim dan tempat perindukan. Tempat perindukan nyamuk anophelinae bermacam-macam tergantung kepada species dan dapat dibagi menurut 3 kawasan yaitu kawasan pantai,kawasan pedalaman(sawah), dan kawasan guung atau kaki gunung. Dikawasan pantai dengan tanaman bakau di danau atau pantai ditemukan An.sundaicus. sedangkan An.subpictus mennggunakan danau dan empang sebagai tempat perindukannya. Sedangkan dikawasan pedalama yang ada sawah, emapang, atau rawa ditemukan An.aconitus, An.barbirostris, An.nigerimus, dan An.sinensis. dikawasan gunung dan kaki gunung dengan perkebunan atau hutan ditemukan An. Maculatus dan balabacencis.
            Pada prinsipnya pengendalian vekto malaria ditujukan terhaadap pemutusan rantai penularan penyakit malaria,yang ditujukan terhadap agent,host dan environment.
      Dalam hal pengendalian vektornya,maka usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah:
-              Penegndalian secara biologik
-              Pengendalian secara kimiawi
-              Pengendalian dengan pengelolaan lingkungan
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam pengendalian vektor malaria, terlebih dahulu kita harus mengetahui ciri dan kebiasaan vektor tersebut seperti:
  1. siklus hidup nyamuk anopheles
  2. aspek bionomik nyamuk seperti:
-            perilaku
-            perkembang biakan
-            umur
-            populasi dan penyebaran
-            fluktuasi musiman
-            setra faktor-faktor lingkungan,baik fisik (kelembaban,angin dll), lingkungan kimia (kadar garam,pH dll) dan lingkungan biologis (tumbuhan bakau dll).

DAFTAR PUSTAKA
            Gandahusada,Sriasi.Parasitologi Kedokteran.UI press.Jakarta.1995
            Sembiring,Teranguli.Entomologi Kesehatan.Depkes RI Medan.2006
DAFTAR WEB
http//:www.muslimpinang.files.wordpress.com
http//:www.okezone.com
http//:www.majalah-farmacia.com
http//:www.wikipedia.org.id
http//:medicastore.com

Pengelolaan Sampah Farmasi


Sampah farmasi merupakan salah satu jenis sampah medis atau merupakan sampah berbahaya yang pengelolaannya harus diperhatikan. Benerapa contoh sampah farmsi adalah obat – obatan,vaksin,serum,yang tidak digunakan lagi,botol obat yang beresidu, dl.
Pengelolaan sampah farmasi merupakan suatu kegiatan yang cukup banyak diantara lain mencakup penimbulan sampah, penyimpanan, penampungan, pengolahan hingga pembuangan akhir.
a.     Penimbulan Sampah (pemisahan dan pengurangan)
Sampah farmasi dapat bersal dari industri farmasi, rumah sakit(tempat pelayanan kesehatan lainya), dan perumahan. Kawasan pemukiman mengahsilkan sampah farmasi seperti obat – obatan, tetapi karena jumlahnya tidak banyak. Proses pemilahan dan reduksi sampah h maka penggunaanya dilakukan bersama – sama dengan sampah domestik. Bila suatu daerah dengan tata ruang terncana baik, yaitu kawan industri terpisah dengan kawasan pemukiman maka penanganan buangan akan lebih mudah.
Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang pelaksanaanya harus mempertimbangkan :
  •   kelancaran penanganan dan penampungan sampah
  •   pengurangan Volume dengan perlakuan pemisahan limbah berbahaya(farmasi)
  •   pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan  pembuangan.
b.    Penyimpanan ( storage)
Penyimpanan merupakan kegiatan penampungan sementara sampah farmasi sampai jumlahnya diangkut hingga dipindahkan ketahap penam pungan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan efisiensi dan nilai ekonomis.
Penyimpanan sampah farmasi untuk waktu yang lama tanpa kepastian yang jelas untuk memindahkan ketempat panempungan tidak diperbolehkan. Penyimpanan dalam jumlah banyak dapat dikumpulkan dilokasi pengumpulan sampah farmasi. Sampah farmasi yang dihasilkan disimpan seentara didalam kontainer yang tertutup dan kedap air. Kapasitas container penyimpanan harus diperhatikan agar sampah tidak berkeluaran atau overload.
c.      Penampungan/pengumpulan Sampah sebelum diangkut
Penampungan sampah ini harus memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan dalam sampah farmasi dilakukan perlakuan standarisasi seperti telah ditetapkan  dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992.
Penampungan sampah cair farmasi dapat dimasukkan kedalam drum dan disimpan dalam gudang atau tempat yang terlindung dari panas dan hujan. Sampah dalam bentuk padat disimpan dalam wadah yang kuat ( tidak mudah bocor atau rusak) dan kedap air. Penyimpanan harus mempertimbangkan jenis dan jumlah sampah yang dihasilkan. Contoh, untuk buangan/sampah  yang korosif disimpan dalam wadah yang terbuat dari fiberglass.
d.       Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi 2, yaitu:
  • Pengangkutan internal (pengangkutan ketempat pengolahan sampah yang berada pada tempat penimulan sampah ita sendiri) adalah pengakutan berawal dari titik penampungan awal atau ke tempat pembuangan atau ketempat incenerator (pengolahan on site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong yang sudah diberi label dan dibersihkan secara berkala serta petugas serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus. 
  • Pengangkutan eksternal (pengangkutan ketempat pengolahan yang tidak berada pada tempat penimbulan sampah) Adalah pengangkutan sampah ketempat pembuangan diluar (of site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah farmasi diangkut diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.
e.      Pengolahan
Sampah farmasi memerlukan pengolahan sebelum dibuang kelingkungan. Pengolahan ditujukan untuk mengurangi dan menghilnagkan racun atau detoksitasi, merubah bahan berbahaya menjadi kurang berbahaya atau untuk mempersiapkan prosese berikutnya.
Metode yang digunakan untuk mengolah dan membuang sampah farmasi tergantung pada faktor – faktor khusus yang sesuai dengan intstitusi yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan apek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat.
Teknik pengolahan sampah farmasi yang mungkin diterapkan adalah:
a.    Insenerasi suhu tinggi dan rendah
b.    Inaktivasi suhu tinggi
c.    Sterilisasi suhu tinggi
d.   Microwave treatment
e.    Enkapsulisasi (peng-imobilisasian)
Pengolahan sampah yang dilakukan tergantung jenis dan karakter sampahnya. Contohnya, sampah jenis ampul ( obat anti keganasan) diolah dengan metode enkapsulisasi yaitu tong di isi  dengan obat anti keganasan, tong hrus di isi dengan obat anti keganaan hingga 50 0/0 kapsitasnya kemudian di tambahkan dengan campuran kapur,semen dan air dengan perbandingan berat 15:15:5 hingga tong penuh. Hingga terbentuk balok yang kuat dan padat dimana limbah akan terisolasi secara relatie aman.  

Pembuangan akhir (final disposal)
Setelah proses pengolahan kuantitas sampah menjadi sedikit. Hasil dari pengolahan sampah dengan insenerasi menghasilkan abu yang sedikit. Abu atau sisa pengolahan dengan insenerasi ini dapat digunakan untuk penimbun tanah. Sampah farmasi tidak berbahaya lagi bila telah diolah dengan insenrasi.
CATATAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH FARMASI:
n  Bahan kontainer harus sesuai dengan karakter limbah atau sampah
n  Semua kontainer ( wadah/tempat sampah) baik pada tahap penimbulan sampai tahap pengolahan harus kuat, kedap air dan harus disimpan di area yang tertutup untuk melindungi resiko bahaya dari sampah farmasi.
n  Adanya pemisahan area yang mengahasilkan sampah farmasi  dapat menyulitkan dalam pengelolaan sampah baik dalam efektifitas kerja dan efisiensi biaya.
n  Diperlukan peilahan sampah – sampah yang mungkin dapat digunakan lagi seperti, desinfktan yang penggunaanya tidak terbatas.
n  Perlu adanya proteksi diri terhadap pekerja yang mengelola sampah farmasi agar tehindar dari kecelakaan kerja.

DAFTAR PUSTAKA :
Salmiyatun(2003),Panduan pembuangan limbah perbekalan farmasi,EGC; Jakarta
SITUS WEB :












Rabu, 17 November 2010

Penlaian cepat sanitasi darurat (Rapid Enviromenthal Health Assessment)

Sanitasi darurat adalah upaya pengamnan substansi dan sarana kesehatan lingkugan, untuk melindungi kesehatan masyarakat yang beresiko pada situasi mendadak seperi bencana,lokasi pengungsian dan kegiatan berkala yang sifatnya tidak permanen.
Operasional Sanitasi Darurat  :
Ø      Bencana
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebakan oleh alam dan manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia.
            Contoh : Gempa bumi,Banjir,kerusuhan masal,kebakaran dll.
Ø      Kegiatan tertentu yang tidak permanen.
adalah kegiata yang diselerenggarakan dalam watu dan tempat tertentu dalam waktu singkat.
            Contoh : Jambore pramuka,MTQ,PON dll.
Maksud dan tujuan Penilaian Sanitasi Darurat
Ø      Maksud penilaiaan ini untuk dpat memberikan pedoman bagi petugas kes. lingkungan dilapangan dalam menyusun recana atau penilaian kesehatan secara cepat dan tepat pada bencana dan kegiatan tertentu yang tidak permanen yang diharapkan dpat menjadi bahan untuk upaya penanggulangan atau kegiatan bantuan selanjutnya.
Tujuan Umum :
1. Mengatur tatalaksana penilaian kondisi fasilitas sanitasi  secara cepat  dalam suatu keterpaduan yang baik, yang dapat menghasilka suatu rejomendasi bai pimpinan dalam mengambi keputusan untuk upaya perbaikan kondisi sanitasi selanjutnya.
Tujuan khusus :
1. Mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dilokasi bencana atau lokasi kegiatan tertentu yang tidak permanen.
2. Mendapatkan gambaran potensi resiko akibat kondisi sanitasi sanitasi terhadap kejadian penyakit menular potensi KLB dan peningkatan insiden penyakit menular.
3. Tersusunya rekomendasi prioritas upaya perbaikan dan pengawasan sanitasi yang diperlukan.

Ruang Lingkup Sanitasi Darurat :
1.      Pembuangan kotoran
2. Penyediaan Air Bersih
3.
Pembuanagan sampah
4. Pengendalian Vektor
5. Pembuangan Air Limbah
6.
Sanitasi Makanan

Langkah – langkah penilaian cepat sanitasi darurat :
pelaksanaan penilaiaan sanitasi darurat dilaksanakan sesaat atau sebelum suatu kegiatan tertetu berlangsung yang diduga akan berdampak terhadap kesehatan yaitu utk menilai :
-Bencana apa yang terjadi atau kegiatan apa yang berlangsung
-Diaman sumber bencan atau tempat pelaksanaan kegiatan
-siapa yang terkena dampak (population at risk)
-besarnya masalah yang ada atau kerusakan yang terjadi dan potensi yang  menimbulkan bahaya kesehatan
-solusi pemecahan masalah yang bersifat sementara

Langkah – langkahpenilaian sanitasi darurat :
  1. Pengumpulan data
-          Mengkaji data dan infomasi yang ada
-          Melakukan observasi lapangan
-          Wawancara dengan tokoh masyarakat dan pejabat yang terkait dengan upaya penanggulangan
  1. Analisa Data
-          Data yang terkumpul dari penilaian segera di analisa secara komprehensif oleh tim penilai untuk langkah penanggulangan.
3.      Penyajian data dan rekomendasi
Penyajian data dan rekomendasi dari hasil penilaan digunakan unu menentukan upaya penanggulan selanjutnya, antara lain :
-
            -Bantuan bahan dan eralatan yang diperlukan
-Bantuan tenaga kes ling
-Penyait menular yang perlu di waspada
-Sarana kesehatan lingkungan yang memerlukan  pengawasan dan sarana yang perlu diperbaiki.pengawasan sanitasi pengelolaan makanan dan minuman

prevention is much better than curative

Minggu, 14 November 2010

Slow Sand Filter

SARINGAN PASIR LAMBAT Pada tahun 1804 Scotland dan London di Inggris, merupakan kota yang pertama kali mempergunakan metode Slow Sand Filter untuk melakukan proses purifikasi pada air. Pada abad ke-19 metode tersebut telah dipergunakan secara luas diseluruh penjunru dunia dan saat ini masih dipergunakan segai metode standart untuk proses purifikasi air. Komponen-komponen didalam metode Slow Sand Filter, antara lain 1.Supernatant water Supernatant air adalah air baku yang ditampung diatas lapisan pasir dengan ketinggian bervariasi antara 1-1,5 m. ketinggian permukaan air ini harus dipertahankan tetap dalam keadaan konstan agar : a.Tekanan yang ada dapat membuat air meresap disela-sela lapisan pasir b.Air yang akan diolah tetap tinggal selama 3-12 jam untuk menjalani proses purifikasi parsial berupa sedimentasi dan oksidasi sehingga partikel-partikel padat dalam air akan mengendap dan berkumpul menjadi satu. 2.Sand Bed Sand Bed adalah bagian terpenting dari proses purifikasi dan berfungsi sebagai filter. Tebal lapisan pasir kira-kira 1,2 m. pasir yang digunakan dipilih secara selektif dengan ukuran diameter antara 0,15-0,35 mm dan harus bersih dari lumpur dan benda-benda organik. Dibawah lapisan pasir terdapat lapisan batu koral yang berfungsi sebagai penyangga lapisan pasir diatasnya. Lapisan pasir setabal 1m3 akan membentuk permukaan seluas 15.000 m2. Air meresap melalui sand bed dengan sangat lambat, memakan waktu sekitar 2 jam atau lebih. Proses purifikasi yang terjadi berupa penyaringan mekanis, sedimentasi, absorpsi, oksidasi dan bacterial action. Kecepatan filtrasi berkisar antara 0,1-0,4 m3/jam/m2.r yang 3.Under Drainage System Dibagian bawah dari filter box terdapat Under Drainage system yang terdapat atas pipa-pipa berlubang yang berfungsi sebagai saluran keluar ( outlets) air yang telah menjalani proses filtrasi. 4.Sistem Kontrol Katup Filter Outlets dilengkapi dengan katup pengatur yang berfungsi sebagai alat pengatur dan untuk mempertahankan kecepatan filtrasi. Resistensi dalam filter box diukur dengan Venturimeter. Jika resistensi meningkat, katup pengatur secara perlahan akan membuka sehingga kecepatan filtrasi dapat dipertahankan antara 0,1-0,4 m3/m2/jam. Dalam keadaan normal, slow sand filter dapat dipakai terus selama beberapa minggu bahkan sampai berbulan-bulan tanpa perlu pembersihan. Pada kondisi saat resistensi filter box terus meningkat sementara kecepatan filtrasi menurun walau katup pengatur telah dibuka sepenuhnya, bagian atas dari lapisan sand filter perlu dibersihkan dan dikeruk sampai 1-2 cm. pembersihan itu dilakukan dengan cara membuang airnya terlebih dahulu dan kemudian mengganti pasir yang lama dengan yang baru. Dalam pembersihan slow sand filter yang telah dioperasikan sampai beberapa tahun lebih, pengerukan yang dilakukan akan mengurangi ketebalan pada lapisan sand bed sekitar 0,5-0,8 m. dengan demikian lapisan pasir yang ada perlu diganti dengan yang baru. Adapun keuntungan yang diperoleh dari penggunaan metode slow sand filter antara lain : •Mudah dibuat dan dioperasikan •Biaya pembuatannya lebih murah dibanding biaya pembuatan rapid sand filter •Proses filtrasi baik fisik, kimiawi, maupun biologis yang terjadi cukup tinggi. Pengurangan jumlah bakteri setelah proses filtrasi mencapai 99,9-99,999%, khusus E.coli mencapai 99-99,9%