PARASIT adalah suatu istilah yang diberikan kepada mahluk hidup baik tumbuhan
atau binatang yang menumpang pada mahluk
hidup lain (induk semang) dan dalam kehidupannya merugikan induk semangnya
tersebut.Untuk hidup dan berkembang biak parasit ini mengambil makanan dari dalam
tubuh induk semangnya, sehingga induk semangnya mengalami gangguan bahkan bisa
menimbulkan kematian.
Plasmodium yang
dikenal sebagai penyebab penyakit (agent) malaria adalah binatang bersel satu
(protozoa) yang termasuk genus Plasmodia, famili Plasmodiidae dari ordo Coccidiidae.
Dalam tubuh
manusia, untuk kelangsungan hidupnya plasmodium
memakan sel darah merah (sdm) tempat ia hidup sehingga induk semangnya
(penderita) mengalami anemia dan gangguan lainnya.
Plasmodium sebagai parasit malaria baru ditemukan pada
abad ke 19, ketika Laveran melihat “bentuk pisang” dalam darah seorang
penderita malaria. Kemudian diketahui oleh Ross pada tahun 1897 bahwa malaria
ditularkan oleh nyamuk yang banyak terdapat di rawa-rawa.
Secara keseluruhan plasmodium terdiri dari 12 sub genera.
Dari kedua belas sub genera tersebut, hanya tiga sub genera yang menjadi
parasit pada mamalia termasuk manusia yaitu sub genera Plasmodium, sub
genera Laverinia, dan sub genera Vinckeria. Lima sub genera menjadi
parasit pada reptilia dan empat sub genera lagi hidup pada burung (aves).
Yang menjadi parasit pada manusia yaitu sub genera
Plasmodium terdiri dari spesies Plasmodium vivax, Plasmodium ovale,
dan Plasmodium malariae. Sub genera Laverinia terdiri dari spesies Plasmodium
falsifarum. Sedangkan dari sub genera Vinckeria terdiri dari spesies Plasmodium
reichenowi, Plasmodium schwetzi, dan Plasmodium rhodaini
tidak menjadi parasit pada manusia tapi pada mamalia lain.
Di Indonesia sendiri, spesies plasmodium yang hidup pada
manusia yang dominan adalah Plasmodium falsifarum dan Plasmodium vivax.
Sedangkan Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae biasanya ditemukan di
wilayah Indonesia bagian Timur.
Daur hidup parasit malaria
Sebagaimana makhluk hidup lainnya, plasmodium juga
melakukan proses kehidupan yang meliputi: Pertama, metabolisma
(pertukaran zat). Untuk hidupnya plasmodium mengambil oksigen dan zat makanan
dari haemoglobin sel darah merah. Dari proses metabolisma meninggalkan sisa
berupa pigmen yang terdapat dalam sitoplasma. Keberadaan pigmen ini bisa
dijadikan salah satu indikator dalam identifikasi.
Kedua, pertumbuhan. Yang dimaksud dengan pertumbuhan di sini
adalah perubahan morfologi yang meliputi perubahan bentuk, ukuran,
warna, serta sifat dari bagian-bagian sel. Perubahan ini
mengakibatkan sifat morfologi dari suatu stadium parasit pada berbagai spesies,
menjadi bervariasi.
Setiap proses membutuhkan waktu, sehingga morfologi
stadium parasit yang ada pada sediaan darah dipengaruhi oleh waktu pengambilan
darah dilakukan. Ini berkaitan dengan jam siklus perkembangan stadium parasit.
Akibatnya tidak ada gambar
morfologi parasit yang sama pada lapang pandang atau sediaan darah yang
berbeda.
Ketiga, pergerakkan. Plasmodium bergerak dengan cara
menyebarkan sitoplasmanya yang berbentuk kaki-kaki palsu (pseudopodia).
Pada Plasmodium vivax, penyebaran sitoplasma ini lebih jelas terlihat yang
berupa kepingan-kepingan sitoplasma. Bentuk penyebaran ini dikenal sebagai
bentuk sitoplasma amuboit (tanpa bentuk).
Keempat, berkembang biak. Berkembang biak artinya berubah dari
satu atau sepasang sel menjadi beberapa sel baru. Ada dua macam perkembangbiakan
sel pada plasmodium, yaitu:
(1) Pembiakan seksual. Pembiakan ini terjadi di
dalam tubuh nyamuk melalui proses sporogoni. Bila mikrogametosit (sel jantan)
dan makrogametosit (sel betina) terhisap oleh vektor bersama darah penderita,
maka proses perkawinan antara kedua sel kelamin itu akan terjadi. Dari proses
ini akan terbentuk zigot yang kemudian akan berubah menjadi ookinet dan
selanjutnya menjadi ookista. Terakhir ookista pecah dan membentuk sporozoit
yang tinggal dalam kelenjar ludah vektor. Perubahan dari mikrogametosit dan makrogametosit sampai
menjadi sporo-zoit di dalam kelenjar ludah vektor disebut masa tunas ekstrinsik
atau siklus sporogoni. Jumlah sporokista pada setiap ookista dan lamanya siklus
sporogoni, pada masing-masing spesies plasmodium adalah berbeda, yaitu:
Plasmodium vivax: jumlah sporozoit dalam ookista adalah 30~40 butir dan siklus
sporogoni selama 8~9 hari. Plasmodium falsifarum: jumlah sporozoit dalam
ookista adalah 10~12 butir dan siklus sporogoni selama 10 hari. Plasmodium
malariae: jumlah sporozoit dalam ookista adalah 6~8 butir dan siklus sporogoni
selama 26~28 hari.
(2)
Pembiakan aseksual. Pembiakan ini terjadi di dalam tubuh manusia melalui proses
sizogoni yang terjadi melalui proses pembelahan sel secara ganda. Inti troposoit
dewasa membelah menjadi 2, 4, 8, dan seterusnya sampai batas tertentu
tergantung pada spesies plasmodiumnya. Bila pembelahan inti telah selesai,
sitoplasma sel induk dibagi-bagi kepada setiap inti dan terjalihan sel baru
yang disebut merozoit.
Kelima,
reaksi terhadap rangsangan.
Plasmodium memberikan reaksi terhadap rangsangan yang datang dari luar, ini
sebagai upaya plasmodium untuk mempertahankan diri seandainya rangsangan itu
berupa ancaman terhadap dirinya. Misalnya, plasmodium bisa membentuk sistem
kekebalan (resistensi) terhadap obat anti malaria yang digunakan oleh
penderita.
Dengan
adanya proses-proses pertumbuhan dan pembiakan aseksual di dalam sel darah
merah manusia, maka dikenal ada tiga tingkatan (stadium) plasmodium yaitu: (a)
Stadium tropozoit, plasmodium ada dalam proses pertumbuhan. (b) Stadium sizon,
plasmodium ada dalam proses pembiakan. (3) Stadium gametosit, plasmodium
ada dalam proses pembentukan sel kelamin. Karena dalam setiap stadium terjadi proses, maka
morpologi parasit juga mengalami perubahan. Dengan demikian, maka dalam
stadium-stadium itu sendiri terdapat tingkatan umur yaitu : tropozoit muda,
tropozoit setengah dewasa, dan tropozoit dewasa, sizon muda, sizon tua, dan
sizon matang, gametosit muda, gametosit tua, dan gametosit matang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar