I'm a Industrial Helath Technorat |
Kegagalan
manajemen merupakan salah faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan,seperti dalam teori kecelakaan oleh Bird dan Loftus. Banyak
perusahaan yang sudah menerapkan berbagai sistem manajemen untuk meningkatkan
kualitas,produktifitas serta menghilangkan potensi terjadinya kerugian akibat
kecelakaan dan berhasil mencapai sasaran yang diharapkan dengan menerapkan
berbagai sistem manajemen tersebut. Namun tidak jarang pula perusahaan gagal
mencapai tujuan dari penerapan sistem manajemen ini. Dalam hal ini banyak
faktor dan kendala yang dapat menyebabkan kegagalan manajemen sehingga tujuan
penerapan tidak tercapai. Gallagher (2001) menyampaikan beberapa kendala atau
hambatan dalam penerapan sistem manajemen keselamatan pada suatu perusahaan sehingga tujuan penerapan sistem ini
tidak tercapai,yaitu:
- Sistem yang diterapkan tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan.
- Lemahnya komitmen pimpinan perusahaan dalam menerapkan sistem manajemen tersebut.
- Kurangnya keterlibatan pekerja dalam perencanaan dan penerapan.
- Audit tool yang digunakan tidak sesuai serta kemampuan auditor yang tidak memadai.
Selanjutnya
pertanyaan yang timbul adalah,apakah sistem manajemen yang diterapkan sudah
efektif dalam meningkatkan kualitas,produktifitas atau keeselamatan kerja dan
bagaimana cara mengukur efektifitas dari suatu sistem manajemen. Secara umum
ada dua cara yang umum digunakan dalam mengukur kinerja sistem manajemen
keselamatan,yaitu:metode konvensional dengan cara mengukur insiden dan klaim
kompensasi,dan metode yang kedua yaitu positive performance indicators
(PPIs) dengan mengukur relevansi sistem manajemen keselamatan,proses,manajemen
dan kesesuaian dengan praktek dilapangan. Menurut
Gallagher,hal yang paling penting dalam sistem manajemen keselamatan adalah elemen-elemen yang terkandung dalam sistem
tersebut,yaitu:
- Organisation,Responsibility,Accountability
- Senior management/involvement
- Line manager/supervisor duties
- Management accountability and performance measurement
- Company OHS policy
- Consultative Arrangements
- Health and safety representative – a system resource
- Issue resolution – HSR/ employee and employer representative
- Join OHS committees
- Broad employee participation
- Spesific Program Elements
- Health and safety rules and procedures
- Training program
- Workplace inspection
- Incident reporting and investigation
- Statement of principles for hazards prevention and control
- Data collection and analysis / record keeping
- OHS promotion and information provision
- Purchasing and design
- Emenrgency procedures
- Medical and first aid
- Monitoring and evaluation
- Dealing with specific hazards and work organisation issues.
Dalam
penerapan sistem manajemen keselamatan ditemukan ada dua model yaitu rational
organisation theory dan socio-technical system theory. Rational organisation
theory menekankan pada pendekatan top-down,penerapan sistem
manajemen keselamatan didasarkan pada kebijakan atau instruksi dari top
level manajemen dan diteruskan sampai pada level yang paling bawah. Sementara socio-technical
system theory melakukan pendekatan dengan intervensi organisasi yang
didasarkan pada analisa hubungan antara teknologi,orientasi dari pekerja dan
struktur organisasi (Gallagher,2001).
Gallagher
juga mengklasifikasikan sistem manjemen keselamatan ke dalam 4 tipe,yaitu:
1.
Safe Person Control Strategy;
- strategi pencegahan difokuskan pada kontrol perilaku pekerjaan
2.
Safe Place Control Strategy;
- strategi pencegahan difokuskan pada bahaya dari sumbernya melalui identifikasi,kajian dan pengendalian.
3.
Traditional Management;
- Peran kunci dalam K3 dipegang oleh supervisor dan EHS specialis.
- Integrasi sistem manajemen keselamatan ke dalam sistem manajemen yang lebih luas masih sangat rendah.
- Keterlibatan karyawan masih rendah.
4. Innovative
Management;
- Peran kunci dalam K3 dipegang oleh senior dan line manager.
- Integrasi sistem manajemen keselamatan kedalam sistem manajemen yang lebih luas sudah sangat baik.
- Keterlibatan karyawan tinggi.
Metode
implementasi dari manajemen keselamatan dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu,voluntary,mandatory
dan hybrid (Gallagher,2001). Voluntary adalah pelaksanaan
manajemen keselamatan secara sukarela didasarkan pada tanggung jawab perusahaan
terhadap keselamatan dan kesejahteraan karyawannya. Dengan cara ini akan lebih
mudah melibatkan karyawan untuk berpartisipasi dalam berbagai program K3.
Sementara sebaliknya kategori mandatory didasarkan pada keharusan atau
kewajiban untuk memenuhi persyaratan dari pemerintah atau pelanggan. Dan
implementasinya terlihat dipaksakan dan sedikit melibatkan karyawan karena
tujuannya tidak sepenuhnya melindungi pekerja melainkan compliance.
Kategori yang ketiga adalah hybrid yang merupakan kombinasi voluntary
dan mandatory,disamping untuk memenuhi persyaratan dari undang-undang
juga bertujuan untuk melindungi pekerja dan aset perusahaan.
Reference:HSP
aku posting k blog y..tambah2 teori :-)
BalasHapusOk mas,
BalasHapusklau bisa tntang udaranya yg brkaitan dngn perhitungan2 gtu,biar da aplikasinya..
dan klau bsa posting jg tntng lmbah cair,biar bsa tkar info,
trims tlh brknjung,
di follow y mas,