JAPANESE ENCEPHALITIS, mugkin penyakit ini tidak sepopuler penyakit-penyakit vektor born disease lainya. Hari ini, saya berkunjung di web nya dirjen p2pl dan melihat tentang materi penyakit ini. Disini saya ingin menjelaskan untuk blogeger tentang japanese encephalitis dengan materi-materi yang saya peroleh dari dirjen p2pl, semoga pengetahuan bertambah dan perilaku kita dalam kesehatan meningkat setelah membaca tulisan ini. semoga bermanfaat., dan jangan lupa di ikuti ya ...
Definisi
Japanese
Encephalitis (JE) adalah suatu penyakit yang menyerang susunan saraf
pusat (otak) yang mengakibatkan radang otak mendadak yang disebabkan
oleh virus JE. Penyakit JE bukanlah penyakit baru, tetapi sudah lama
dikenal di Bali. Penelitian di RSUP Sanglah, bulan Oktober 1990 sampai
dengan bulan Nopember 1992 dari 49 kasus yang diduga, ternyata 20 kasus
(40,8%) positif menderita JE.
Untuk
dapat berlangsungnya penyakit ini diperlukan adanya vektor penular dan
reservoir (sumber infeksi). Yang bertindak sebagai vektor adalah nyamuk
jenis culex sedangkan reservoir adalah babi, sapi, kuda, kera, kambing,
burung dan lain-lain. Ternak babi mempunyai peran terpenting yang
bertindak sebagai satu-satunya induk semang penguat (amplifier host)
dari virus JE. Apabila nyamuk dapat menggigit bangsa burung dan hewan
yang mengandung virus JE, kemudian menggigit babi maka pada babi jumlah
virus akan meningkat secara tajam. Babi menjadi demam dan virus berada
dalam sirkulasi darah (viremia).
Nyamuk
culex dapat berkembang dimana-mana seperti sawah, kolam, air genangan
pada kandang dan lain-lain. Nyamuk culex bersifat zoophilik yaitu lebih
menyukai binatang sebagai mangsanya daripada manusia sehingga virus JE
umumnya menginfeksi binatang. Hanya secara kebetulan saja menginfeksi
manusia terutama bila densitas (kepadatan) nyamuk culex meningkat.
Penularan penyakit pada manusia terjadi apabila nyamuk yang telah
menggigit babi yang sedang viremia kemudian menggigit lagi manusia.
Gejala klinik
Penyakit
ini dapat mengenai semua umur tetapi umumnya lebih sering menyerang
anak-anak. Tidak semua manusia yang digigit nyamuk culex berkembang
menjadi encephalitis. Masa tunas (inkubasi) penyakit JE rata-rata 4 – 14
hari. Gejala kliniknya bisa bervariasi tergantung dari berat ringannya
kelainan susunan saraf pusat, umur penderita dan lain-lain. Perjalanan
penyakit dibedakan menjadi 3 stadium. Pertama, stadium prodromal yang
berlangsung 2 – 4 hari. Ditandai dengan panas mendadak, sakit kepala
berat yang kadang disertai keluhan mual dan muntah.
Selanjutnya stadium akut selama 4 – 7 hari. Pada stadium ini panas tetap tinggi dan tidak mudah diturunkan dengan obat penurun panas. Akan terjadi kekakuan otot terutama pada otot leher. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi gangguan keseimbangan, kejang-kejang serta penurunan kesadaran mulai dari gelisah-mengantuk sampai koma (tidak sadar).
Selanjutnya stadium akut selama 4 – 7 hari. Pada stadium ini panas tetap tinggi dan tidak mudah diturunkan dengan obat penurun panas. Akan terjadi kekakuan otot terutama pada otot leher. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi gangguan keseimbangan, kejang-kejang serta penurunan kesadaran mulai dari gelisah-mengantuk sampai koma (tidak sadar).
Ketiga,
stadium konvalesen atau tahap akhir. Stadium ini dimulai pada saat suhu
tubuh kembali normal. Tanda-tanda neurologis bisa menetap atau
cenderung membaik. Bila penyakit berat dan berlangsung lama dapat
terjadi gejala sisa seperti gangguan mental berupa emosi tidak stabil,
lambat berbicara, perubahan kepribadian dan lumpuh sebagian tubuh.
Pencegahan
Pencegahan
dan pemberantasan JE ditujukan kepada manusia, vektor (nyamuk beserta
larvanya) serta reservoir. Pada manusia dengan menghindari diri dari
gigitan nyamuk culex. Nyamuk ini menggigit mulai menjelang malam hari
sampai besok paginya oleh karena itu perlu mempertimbangkan penggunaan
kelambu bila tidur. Dapat pula mempergunakan repellen dalam bentuk
cairan/krim atau memak
ai obat pembasmi nyamuk dalam bentuk gulungan yang
menghasilkan asap. Penggunaan vaksin (imunisasi) pada manusia masih
dalam tahap penelitian karena biaya untuk melakukan vaksinasi masal
cukup mahal.
Pembasmian nyamuk
dewasa dapat dilakukan dengan cara konvensional yaitu melakukan
penyemprotan dengan insektisida seperti malathion, fenitrothion.
Pemberantasan larva dilakukan dengan cara pengaturan pengaliran air
(irigasi) di sawah dengan baik atau dapat mempergunakan larvasida. Tentu
saja yang paling dianjurkan adalah Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) oleh masyarakat. Ini akan mencegah perkembangbiakan daripada
nyamuk.
Tindakan terhadap reservoir yaitu hewan yang menjadi perantara dari virus JE. Peternak-peternak babi hendaknya membuat kontruksi kandang babi sedemikian rupa sehingga mengurangi kesempatan bagi nyamuk untuk datang bersarang. Kebersihan kandang harus tetap terjaga serta kandang harus mempunyai sarana pembuangan air limbah. Lokasi peternakan babi agar dibangun jauh dari pemukiman penduduk.
Sumber : DITJEN PP&PL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar