Prinsip
dasar dalam ergonomi adalah bagaimana agar Demand < Capacity, sehingga perlu diupayakan
agar beban kerja fisik yang diterima oleh tubuh saat bekerja tidak melebihi
kapasitas fisik manusia (pekerja) yang bersangkutan.Untuk
mengetahui mengevaluasi suatu pekerjaan berdasarkan kapasitas fisik manusia
dapat dilihat dari 2 sisi, yakni sisi biomekanika dan sisi fisiologi. Sisi
fisiologis melihat kapasitas kerja manusia dari sisi fisiologi tubuh (faal
tubuh), meliputi denyut jantung, pernapasan, dll. Sedangkan biomekanika lebih
melihat kepada aspek terkait proses mekanik yang terjadi pada tubuh, seperti
kekuatan otot, dan sebagainya.
Ada sejumlah
faktor resiko ergonomi yang erat kaitannya dengan pembebanan fisik, yakni:
- Masalah postur kerja yang tidak normal
- Pekerjaan yang berulang (repetitif)
- Durasi kerja yang lama
- Pembebanan statis pada otot
- Tekanan kontak fisik
- Getaran
- Temperatur
Resiko-resiko
di atas dapat menyebabkan terjadinya permasalahan ergonomi secara fisik,
khususnya yang terkait dengan permasalahan sistema oto-rangka (muskuloskeletal
disorder). Beberapa metode sudah banyak dikembangkan untuk
mengevaluasi faktor resiko tersebut yang ada pada suatu pekerjaan.
Beberapa
metode yang umum digunakan diantaranya:
- NIOSH Lifting Guide
- Rapid Upper Limb Assessment
- Rapid Entire Body Assessment
- Quick Expossure Checklist
- dan sebagainya.
1.NIOSH
Lifiting Guide
NIOSH
Lifiting Guide merupakan panduan dalam aktivitas penanganan material (material
handling), khususnya yang berkaitan dengan aktivitas pengangkatan (lifting)
dan penurunan (lowering). NIOSH memberikan sejumlah parameter keamanan
dalam pelaksanaan aktivitas penanganan material ini. Menurut NIOSH, beban
maksimum yang dapat diangkat oleh seseorang pada kondisi “ideal” adalah sebesar
23 kg. Meskipun demikian, seiring dengan menurunnya kondisi ideal tersebut,
maka beban yang dapat diangkat akan terus berkurang. Aktivitas pengangkatan
akan memberikan resiko cedera jika nilai Lifting Index (LI) > 1. Informasi
mendetail tentang penggunaan NIOSH Lifiting Guide ini bisa dilihat di http://www.cdc.gov/niosh/docs/94-110/
2.Rapid Upper
Limb Assessment (RULA)
Metode ini
digunakan untuk mengevaluasi postur kerja pembebanan fisik yang diterima oleh
tubuh bagian atas (upper limb), diantaranya meliputi leher, lengan atas,
lengan bawah, pergelangan tangan, dan badan bagian atas (trunk). Metode
ini dikembangkan oleh Prof E.N. Corlett dan Dr L. McAtamney pada tahun
1993.Pekerjaan yang banyak membutuhkan aktivitas pada tubuh bagian atas ini
(seperti pekerjaan merakit komponen elektronik, menjahit, merakit komponen
manufaktur yang berukuran relatif kecil, inspeksi, dan sebagainya)
akan sesuai jika dievaluasi dengan menggunakan metode ini.
Untuk jenis
pekerjaan yang lebih banyak melibatkan seluruh anggota badan akan lebih baik
dievaluasi dengan menggunakan Rapid Entire Body Assessment (REBA) atau
dengan menggunakan Quick Expossure Checklist (QEC).Rapid Entire Body
Assessment (REBA)
3.Rapid Entire
Body Assssment (REBA)
Metode ini
relatif sama dengan metode RULA, namun aspek tubuh yang dievaluasi oleh metode
ini lebih pada seluruh tubuh.Metode ini dikembangkan oleh Sue Hignett dan Lynn
McAtamney pada tahun 2000. Pekerjaan yang melibatkan aktivitas seluruh anggota
badan bisa dievaluasi dengan menggunakan metode ini. Contoh REBA Checklist
dalam bahasa Indonesia saya upload di sini: reba-worksheet1
4.Quick
Expossure Checklist (QEC)
Metode ini selain melibatkan observer sebagai orang
yang mengevaluasi pekerjaan, juga melibatkan pekerja yang dievaluasi untuk ikut
mengevaluasi pekerjaannya. Evaluasi 2 arah ini selanjutnya akan memberikan
hasil evaluasi terhadap suatu pekerjaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar