Apa kabar teman-teman bloger?
saya harap kita selalu dalam keadaan sehat dan selalu menjadi mahluk Allah yang bersyukur. masih jelas dalam ingatan saya, sewaktu praktek kerja lapangan (PKL) di puskesmas pematang raya kapupaten simalungun, saya dan teman-teman kes.lingkungan berkenalan dengan bapak Gunawan Purba,beliau adalah tenaga sanitarian di puskesmas tersebut. kami berterima kasih kepada beliau yang telah memberikan ilmunya yang bermanfaat selama PKL. Saya dan teman-teman melakukan banyak kegiatan-kegiatan di desa Raya Huluan, yaitu salah satu desa percontohan yang jaraknya sekitar enam kilometer dari kota pematang raya. Di desa rayahuluan, kami (saya,teman-teman dan pak gunawan) melakukan kegiatan CLTS disalah satu SD di desa tersebut. sebelum kegiatan kami dibimbing doleh pak Gunawan untuk mencapai hasil yang bagus dalam kegiatan CLTS.
CLTS (Community Led Total Sanitation) adalah sebuah pendekatan dalam pembangunan
sanitasi pedesaan dan mulai berkembang pada tahun 2001. DI Indonesia CLTS dikenal dengan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM). CLTS
merupakan suatu usaha pemicuan untuk mengubah perilaku buruk masyarakat menjadi
PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat). Dalam proses CLTS yang dilakukan adalah
bagaimana masyarakat diubah paradigmanya untuk menjadi lebih baik. Mulanya kami berpikir CLTS ini sama halnya dengan promosi kesehatan yang umumnya dilakukan, CLTS mempunyai ciri khas yang memedakanya dengan kegiatan promosi kesehatan yang biasa diakukan. Kegiatan CLTSmempunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu kegiatan dilakukan tanpa adanya subsidi kepada masyarakat, kegiatan tidak bersifat menggurui atau memaksa, masyarakat adalah pemimpin dalam kegiatan dan totalitas masyarakat terlibat dalam analisa permasalahan-perencanaan-pelaksanaan-pemanfaatan hingga pemeliharaan. Dalam kegiatan CLTS, kami kemarin bertugas sebagai fasilitator. Seorang fasilitator harus mampu bertanya dengan baik sehingga terjadi komunikasi yang efektif dalam arti masyarakat mau melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya sehinggga fasilitator mampu menganalisis masalah yang terjadi pada komunitas. pertanyaan pembantu yang dapat digunakan seperti Siapa, Kapan, Dimana, Apa, Bagaimana, Mengapa. Pertanyaan
pembantu dapat membantu Anda mencari berbagai jenis informasi dan mendorong
terciptanya pemahaman bersama antar anggota kelompok dengan cara yang
berbeda-beda. Pertanyaan “Mengapa” merupakan pertanyaan paling intens karena
menggali apa yang menjadi nilai atau keyakinan kita dan jawabannya bisa jadi
sangat personal sifatnya. Meskipun sangat penting bagi anggota kelompok untuk
memahami nilai-nilai dan keyakinan sesama anggotanya, kadang-kadang pertanyaan “mengapa” bisa
dipandang sebagai agresif atau depensif. Sebagai seorang fasilitator, Anda
harus sadar tentang kapan menggunakan pertanyaan “mengapa”. Anda masih bisa
mendorong terjadinya sharing nilai atau keyakinan dengan menggunakan model
segitiga untuk bertanya. Misalnya, daripada langsung bertanya, “mengapa” Anda
bisa bertanya, “Apa yang mendorong Anda untuk berpendapat seperti itu? Atau
“Bagaimana Anda sampai pada kesimpulan itu?”. berikut ini merupakan teknik-teknik bertanya yang dapat digunakan untuk kegiatan CLTS.
Latar Belakang
Apa yang sudah Anda persiapkan untuk ……? Apa yang sudah pernah Anda coba selama ini? Bisakah Anda ingat bagaimana hal itu terjadi? Apa yang membuat Anda melakukan semua ini? |
Identifikasi Masalah
Apa yang Anda lihat sebagai masalah? Apa yang Anda lihat sebagai hambatan utama? Apa paling membuat Anda khwatir terhadap……? Apa yang Anda pertimbangkan sebagai kesulitan utama? |
Mencari Contoh
Bisa Anda memberikan sebuah contoh? Apa contohnya? Seperti apa, semisal? Bisakah Anda memberikan gambarannya? |
Penggambaran
(Deskripsi)
Seperti apa, coba gambarkan? Ceritakan saya tentang hal itu? Apa yang terjadi? Bisa Anda ceritakan dengan bahasa Anda sendiri? |
Penilaian
Bagaimana perasaan Anda tentang hal ini? Bagaiman Anda menilai hal itu? Apa yang membuat hal ini seperti ini? Apa yang menurut Anda terbaiuk dari hal itu? |
Klarifikasi (Meminta
Kejelasan)
Bagaimana pendapat Anda jika hal ini Anda anggap tidak masuk akal? Apa yang membuat Anda bingung, bisa dijelaskan? Bisakah Anda jelaskan Apa yang Anda maksud dengan……………? Apa maksudnya? |
Alternatif
Apa ada kemungkinan lain? Jika Anda memiliki pilihan Apa yang akan Anda lakukan? Apa jawaban yang paling mungkin? Apa yang akan terjadi jika Anda lakukan dan Anda tidak lakukan hal itu? |
Explorasi (Penggalian)
Bagaimana jika Anda menjelaskan lebih lanjut hal itu? Apa ada sisi pandang lain untuk menjelaskan hal itu? Apa reaksi Anda terhadap hal ini? |
Pendalaman
Bisa Anda ceritakan lebih lanjut? Apalagi? Adakah hal lain yang ingin Anda tambahkan? Apa yang bisa Anda lakukan dalam kasus yang seperti ini? Gagasan apa lagi yang Anda miliki? |
Perencanaan
Bagaimana Anda memperbaiki situasi ini? Apa yang Anda rencanakan untuk mengatasi hal itu? Apa yang Anda lakukan dalam kasus yang seperti itu? Apa rencana yang Anda butuhkan untuk melakukan hal itu? |
Prediksi dan Hasil
Apa yang Anda pikirkan akan bisa berhasil? Apa yang pasti memiliki dampak besar? Apa yang terjadi jika hal ini dilakukan atau hal ini tidak dilakukan? Apa alur pikir dari kegiatan ini? |
Alasan
Apa alasan Anda memilih langkah ini? Bagaimana Anda menjelaskan hal ini? Mengapa Anda begitu yakin dengan kegiatan ini? |
Kegagalan
Apa yang akan terjadi jika hal ini tidak berhasil? Apa yang akan terjadi jika hal ini tidak bekerja? Bagaimana hal ini bisa berbeda dengan gagasan awal? Apa ada rencana baru? |
Relasi
Bagaimana hal ini cocok dengan perencanaan Anda? Bagaimana hal ini berpengaruh pada kerjaan Anda? Bagimana hubungan antara dua perencanaan yang berbeda? |
Evaluasi
Apakah hal ini baik, buruk atau sedang-sedang saja? Sesuai denga ukuran Anda, apakah kegiatan berhasil? |
|
Setelah melakukan kegiatan kurang lebih dua jam di salah satu SD di desa Raya Huluan, kami memperoleh informasi mengenai kebiasaan buang air besar (BAB), dan perilaku hidup bersih anak-anak desa tersebut. dari sseluruh peserta CLTS yang BAB disembarang tempat, mereka mengatakan alasan BAB sembarangan karena tidak tersedianya fasilitas MCK di rumah. Anak-anak desa yang tidak mempunyai fasilitas MCK membuang kotoranya ke Toru Kopi (TOKO). umumnya pengetahuan anak-anak mengenai jalur penularan penyakit melalui tinja sudah baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar